Senin, 06 Desember 2021

Surat untuk Yoli

Dear Yoli,

Apa kabar hari ini? Udah senyum atau ketawa hari ini?

Aku ingat awal-awal setelah Tuhan panggil Bapak, aku susah buat ketawa atau senyum, padahal aku termasuk orang yang gampang ketawa. Aku gak bisa senang, sampe di titik aku kesal sama orang-orang yang bisa ketawa, padahal mereka datang buat menghibur aku. Aku gak selera makan apapun, padahal aku tukang jajan. Yang paling parah dari masa itu, aku gak bisa bersyukur. Aku gak bisa bilang “Tuhan itu baik”. Setiap ada lagu rohani yang liriknya bilang “Tuhan Yesus baik”, aku mempertanyakan “Benar kah?”.

Minggu, 11 Oktober 2015

Sayap Pelindungku

Jogja. Oct, 11th 2015. 11:47.

"Kapan pun mimpi terasa jauh, ku akan selalu jadi sayap pelindungmu. Saat duniamu mulai pudar dan kau merasa hilang, ku akan selalu jadi sayap pelindungmu."

Aku memikirkan dua pribadi ketika mendengarkan lagu ini. Kenapa? Ada banyak alasan yang tak bisa ku sebutkan satu per satu, tapi aku akan menyebutkan beberapa.

Kamis, 21 Mei 2015

Dari Yang Segera Pulang

Jogja, May, 20th 2015. 22:32.

Kira-kira kurang dari empat puluh tujuh hari lagi, kaki ini akan melangkah di kota kelahiran. Kau tau apa yang ku rasakan? Tidak sabar tentu saja. Senang sudah pasti. Bongkahan rindu ini sudah siap meleleh ketika nanti aku bertemu dengan orang-orang yang ku cintai. Sejujurnya, aku mulai mencintai kota ini juga, kota yang orang-orang sebut istimewa ini. Aku mulai mencintai suasananya yang amat mendukung untuk belajar. Aku mulai mencintai kampusku dan jadwal kuliah dengan serentetan tugas di baliknya. Yang paling utama, aku mulai mencintai RCRFGT yang ada mendengarkan tiap ceritaku. Kami memang tak berbagi darah yang sama, namun aku merasakan sense of family bersama mereka. Aku akui bahwa keberadaan mereka membuat penantianku terasa lebih ringan. Wah, mereka pasti sangat merindukanku nanti ketika libur panjang. Hahaha. Aku pun akan merindukan mereka. Ah, but we have Skype, don’t we?

Senin, 30 Maret 2015

Special For You All, Ma-Konco

Jogja, 30 Maret 2015. 18:27.

Amikom bikin aku ketemu sama mereka. Teman-teman terdekat di kota istimewa ini. Aku lebih suka nyebut mereka pake kata saudara. Jadi kita 7 bersaudara, aku anak tengah alias kakak keempat. Aku pengin cerita tentang saudara-saudaraku ini. Mulai dari kakak pertama sampai adek paling kecil ya. Yok, mulai!

Minggu, 22 Februari 2015

Tertanda: Boru Panggoaranmu

Jogja, 21 Februari 2015. 21:58.

Syalom, Pa!

Ada quote mengatakan “suatu hari nanti aku akan menemukan pangeranku, tapi kau tetap akan selamanya menjadi rajaku”. Aku rasa itu benar, Pa. Ya walaupun aku belum menemukan pangeranku, tapi nantinya pun Bapak akan selalu jadi raja di hatiku. Oh iya, bersamaan saat aku menulis surat ini, aku sedang mendengarkan radio. Bapak tau kan, di kamar kost ini aku tak memiliki tv. Jadi hiburan yang bisa ku dapatkan adalah dengan mendengarkan radio. Channel radio yang ku dengarkan sedang memutar Lagu Rindu dari Kerispatih, Pa. Bapak pasti tak tau lagu itu. Aku bisa mengerti kok, Pa. Kerispatih kan bukan tenar di jaman Bapak muda dulu. Lagu-lagu yang Bapak dengar dulu eranya Pance Pondaag kan? Bapak bilang penyanyi jaman sekarang suaranya tidak seberkualitas dulu. Lirik-liriknya yang jaman sekarang pun banyak yang tak berarti, Bapak bilang gitu. Aku akui itu. Namun Pa, lagu Kerispatih ini bermakna dalam. Seperti judulnya Lagu Rindu, lagu ini menceritakan kerinduan seseorang terhadap orang yang disayanginya. Seperti aku merindukan Bapak, Mama, Jojo dan Ester. Seperti Bapak, Mama, Jojo dan Ester merindukanku.

Ada quote lain mengatakan “jangan memilih seorang lelaki sebagai teman hidupmu, kecuali kau bangga ketika kelak kau memiliki anak seperti dia”. Aku rasa quote ini benar juga, Pa. Aku tau masih lama untukku memikirkan hal ini. Namun, kelak aku ingin memiliki teman hidup yang akan menggambarkan bagaimana anakku. Aku ingin teman hidupku yang seperti Bapak. Bapak memang bukanlah bapak yang sempurna di dunia ini, tapi sebagai anak, aku bangga memiliki bapak seperti Bapak. Mama dulu sering menceritakan padaku bagaimana masa-masa ketika Bapak mendekati Mama, aku senang mendengarkan cerita Mama itu. Mama bilang Bapak gigih, tak peduli bagaimana pun ditolak, Bapak akan kekeuh mendekati Mama. Ada juga beberapa cara lucu yang Bapak lakukan untuk menyingkirkan “saingan” Bapak dulu. Bapak memang bukan tipe pria romantis yang membawakan bunga, tapi Bapak romantis dengan cara Bapak sendiri. Bapak peka terhadap apa yang dirasakan Mama, Bapak peka terhadap apa yang aku dan adek-adek rasakan. Bapak adalah laki-laki paling gigih, paling pekerja keras dan paling bertanggung jawab yang aku kenal. You’re so damn awesome, Pa!

Jumat, 20 Februari 2015

Dear My Soulmate

Jogja, 19 Februari 2015. 21:54.

Syalom, soulmate-ku!

Malam ini kotaku tak hentinya diguyur hujan, bagaimana dengan kotamu? Sebenarnya bukan benar-benar “kotaku” atau “kotamu”, ini hanya karna kita melanjutkan pendidikan di kota yang kita pilih. Jadi, apa yang ku maksud “kotaku” dan “kotamu” adalah tempat kita bermukim sekarang. Entah akan tetap melanjutkannya, itu perkara nanti.

Maaf kalau selama ini kau belum menerima suratku, itu karna aku bingung harus menuliskan apa untukmu. Bukan, maksudku aku bingung harus memulai dari mana. Kita sudah berteman selama setengah dari umur kita. Tinggal di perumahan yang sama dan sekolah di sekolah yang sama. Begitulah awal pertemanan kita. Beberapa kali pindah rumah membuat kita tak terlalu dekat pada awalnya, kita juga berada di kelas yang berbeda pada tahun-tahun awal di sekolah dasar. Namun, akhirnya kau kembali lagi ke komplek perumahan kita, pun di tahun-tahun akhir sekolah dasar kita ditempatkan di kelas yang sama.

Senin, 16 Februari 2015

Kepada Wanita Idaman Sepanjang Masa

Jumat, 13 Februari 2015

Syalom, Mama.

Sementara aku menulis surat ini, aku juga mendengarkan lagu-lagu Natal. Aku juga tak mengerti mengapa tiba-tiba aku ingin mendengarkan lagu-lagu bernuansa Natal, yang aku mengerti adalah Natal kemaren ku lewati tanpa bertemu dengan Mama. Ini adalah konsekuensi dari pilihan yang ku buat, melanjutkan studi di luar kota.

Kemaren adalah Natal pertamaku tanpa Mama, Bapak dan adek-adek. Tentu saja terasa berat, sangat berat. Tak sedikit air mata yang menetes ketika aku berdoa di malam Natal kala itu. Begitu pula kala waktu malam tahun baru. Apa yang ku ingat hanyalah kebiasaan kita merayakan malam pergantian tahun dengan doa keluarga di rumah. Mama, aku menghabiskan malam pergantian tahun seorang diri kali ini. Aku sebenarnya sudah merencanakan pergi keluar ketika malam tahun baru bersama teman, tapi gagal karna satu dan lain hal. Jadi apa yang bisa ku lakukan hanyalah berdiam diri menghabiskan waktu di kost sendiri.